UX Research ≠ mengumpulkan data saja (Bagian 1)
“Biasa melakukan UX Research pakai metode apa?”
Ada nggak yang familiar dengan kalimat ini? Saya cukup sering ditanya begini dan kadang bingung harus menjawab apa kalau tanpa konteks. Biasanya otak saya dengan otomatis mikir “Metode bukannya tergantung tujuan risetnya apa, ya?”. Asumsi saya, penanya berharap saya menjawab dengan metode pengumpulan data seperti interview atau usability testing.
Setelah mencoba menelaah lebih lanjut, saya berasumsi bahwa masih banyak yang menganggap UX Research berfokus hanya di pengumpulan data. Hal ini mungkin terjadi karena:
- Pemahamam mengenai riset secara umum yang kurang
- Sumber informasi dan belajar UX Research masih minim sehingga praktisi UX pun masih banyak yang belum benar-benar memahami
Saya orang yang percaya bahwa pemahamam fundamental itu penting sekali di industri teknologi digital yang penuh jargon ini. Maka dari itu, saya akan coba membahas pengertian riset di tulisan ini sebelum masuk ke ranah UX. Kalau ada koreksi atau tambahan silahkan dikomen, ya.
Apa itu riset?
Sebelum masuk ke ranah User experience, ada baiknya kita mencari tahu dulu apa pengertian “riset” secara umum. Berikut pengertiannya menurut KBBI.
riset/ri·set/ n penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik
Ketika sekolah dulu kita familiar dengan karya ilmiah dan ketika di jenjang perguruan tinggi kita familiar dengan yang namanya skripsi. Benar, keduanya adalah bentuk riset. Hayo, masih pada inget nggak gimana prosesnya?
Sekarang mari kita bahas tiap bagian dari pengertian panjang di atas. Saya beri contoh sederhana supaya makin mudah dicerna.
“penyelidikan suatu masalah…”
Riset akan selalu bermula dari suatu masalah atau keadaan yang dianggap bermasalah yang ingin kita mengerti lebih dalam. Selain itu, riset bisa juga bermula dari pertanyaan atau rasa keingintahuan. Proses untuk mencari solusi/penyebab dari masalah atau jawaban dari pertanyaan tersebut lah yang kita sebut riset.
Contoh 1
Layanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit kebanyakan memiliki prosedur yang panjang dan berbelit-belit. Hal ini membuat pasien harus menyiapkan waktu yang lama untuk berobat. Belum diketahui secara spesifik apa yang menyebabkan keadaan ini.
Contoh 2
Saya dan beberapa teman kuliah berencana reuni sambil makan-makan. Salah satu teman saya akan membawa bayi yang akan ikut makan dan salah satu teman saya vegetarian. Jika kami berencana makan di area Jakarta Selatan, restoran manakah yang paling cocok untuk keadaan kami?
“…secara bersistem, kritis, dan ilmiah…”
Untuk mencari solusi atau menjawab pertanyaan yang paling tepat, tentunya kita nggak bisa asal menyimpulkan.
Mari kita sembari mengingat masa-masa bikin karya ilmiah atau skripsi. Biasanya di awal kita diwajibkan membuat kerangka berisi latar belakang masalah, teori, metodologi, analisa data, dll. Riset memang harus dilakukan secara terstruktur dan sistematis dengan tahapan yang jelas untuk menghindari kesimpulan yang misleading.
Selain itu, kita juga wajib berpikir kritis di proses riset untuk meminimalisir subjektivitas. Caranya? Pertanyakan banyak hal. Kenapa masalah ini ada? Kira-kira data apa yang bisa menambah kejelasan? Metode pengambilan data apa yang sesuai? Bagaimana data yang didapat akan dianalisa? Dan seterusnya. Dengan begitu kita akan bisa melihat bigger picture serta menganalisa benang merah antara satu fakta dan lainnya.
Contoh:
Misal pertanyaan riset kita adalah “Makanan apa yang paling difavoritkan warga Cibubur?”
Walaupun kamu warga Cibubur dan makanan favoritmu berserta keluarga adalah ayam geprek, bukan berarti jawaban dari pertanyaan di atas adalah ayam geprek, yekan. Kita harus tahu berapa populasi warga Cibubur, menentukan jumlah sampel, melakukan survey, lalu menganalisa data sampai mendapat jawaban yang secara statistik signifikan dan valid.
“…untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik”
Setelah menentukan latar belakang masalah atau pertanyaan, sebuah riset harus memiliki tujuan alias objektif yang jelas. Setelah menentukan tujuan utama yang jelas, kita bisa membuat tujuan-tujuan turunan yang lebih spesifik. Ini penting supaya kita punya fokus dan scope yang jelas.
Contoh (Lanjutan dari contoh Restoran di atas)
Tujuan utama: mencari restoran yang cocok untuk reuni
Tujuan detail:
- Memahami menu vegetarian & kebutuhan makan bayi
- Mencari daftar restoran di Jakarta Selatan yang memenuhi kriteria di atas
- Memastikan restoran bisa di-book sesuai jumlah orang yang akan datang
Kesimpulannya, mengambil data adalah salah satu bagian dari proses riset, tapi bukan berarti riset hanya proses mengambil data. Di suatu riset, dibutuhkan juga pemahamam masalah/pertanyaan, perencanaan yang sistematis, analisa yang sesuai sehingga menghasilkan simpulan yang ilmiah.
Tentu penjabaran yang saya tulis di sini cukup oversimplified, jadi jangan lupa tambah referensi kamu ya. Contohnya rangkuman pengantar riset ini yang jelas dan cukup menyenangkan dibaca.
Setelah memahami pengertian riset secara umum, menurut kalian, bagaimana penerapan riset di bidang User Experience? Yuk diskusi!