[Desain & Psikologi] Kenapa manusia tertarik melihat selfie?

Wahyuni Febriani
3 min readMay 20, 2020

--

Sebagai seorang ibu baru, tiap harinya saya menyaksikan perkembangan manusia secara fisik dan psikologis yang bikin amazed. Salah satu fakta menarik yang saya pelajari adalah bahwa bayi yang baru lahir, walau kemampuan melihatnya terbatas (blur dan tidak berwarna), sudah bisa mengenali wajah orang tuanya.

Ternyata, hal ini terjadi karena ada bagian khusus di otak manusia yang mengidentifikasi wajah manusia yang kita lihat, namanya Fusiform Face Area (FFA). Ketika mata kita melihat wajah orang, baik langsung maupun foto, FFA akan secara khusus memproses image tersebut sehingga kita lebih cepat recognize wajah dibanding dengan objek lain di sekitarnya.

Yang merah proses gambar wajah. Yang biru proses objek lainnya. Sumber dari sini.

Lalu, apa implikasinya ke desain visual?

Kecenderungan manusia ini sebenarnya sudah dimanfaatkan untuk strategi branding dan marketing produk sejak dulu. Contohnya pada produk sehari-hari seperti sampo di mana penggunaan foto model pada kemasan dan iklan sangat lumrah.

Sekarang masih banyak nggak ya produk yang pakai foto di kemasan?

Bagaimana penerapannya pada User Interface?

Hero Image

Menurut buku 100 Things Every Designer Needs to Know About People, ada dua fenomena yang terjadi terkait teori ini.

  1. Pada desain suatu website, user akan lebih cepat memperhatikan foto wajah dibanding bagian lain di halaman web tersebut
  2. Kalau wajah yang ditampilkan melihat ke arah komponen tertentu, user cenderung akan melihat komponen tersebut
[Kiri] User fokus pada wajah model yang menghadap ke depan. [Kanan] User melihat ke arah model melihat

Kita bisa simpulkan kalau keberadaan foto wajah orang bisa membantu mengarahkan perhatian user, bisa juga mendistraksi. Jadi, kita sebagai designer harus bijak ketika mempertimbangkan untuk pakai foto manusia.

Profile picture

Salah satu elemen desain UI yang memiliki gambar wajah adalah profile picture yang biasanya umum ada di aplikasi sosial media. Coba perhatikan, apa yang kira-kira sama di antara ketiga desain di bawah?

Bisa kita lihat kalau di si profile picture selalu ada di kiri atas area. Agak jarang melihat profile picture yang posisinya berbeda. Instagram pernah ngetes desain dengan profile picture di sebelah kanan, tapi sepertinya nggak diimplementasikan.

Selain karena secara konten lebih rapi, ada pengaruh juga dari teori wajah ini dan reading pattern. Kita yang terbiasa menggunakan aksara latin terbiasa membaca dari atas ke bawah, kiri ke kanan. Profile picture berisi gambar wajah orang cenderung akan menarik perhatian duluan. Jadi dengan menaruhnya di kiri, reading pattern alami kita jadi nggak terganggu.

Profile picture di kiri vs. di kanan

Foto di kiri: orang lihat foto di kiri, lanjut baca teks di kanan.

Foto di kanan: orang lihat foto di kanan dulu, lalu pindah kiri dulu untuk mulai baca teks dari kiri ke kanan.

Kesimpulan

Selain berdasarkan Visual Hierarchy, kita sekarang jadi tahu juga kalau manusia punya kecenderungan untuk melihat gambar wajah duluan. Dengan mengetahui berbagai sifat manusia ketika mencerna informasi, kita jadi punya pertimbangan tambahan deh ketika membuat desain.

Setelah mempelajari teori ini, kira-kira ada nggak ya hubungannya dengan banyaknya konten selfie di media sosial? (Maap, tulisan selfie di judul cuma untuk kepentingan clickbait)

--

--

Wahyuni Febriani
Wahyuni Febriani

Written by Wahyuni Febriani

UX Consultant independen. Menulis tentang User Experience dalam Bahasa Indonesia.

Responses (3)