Desain = Membuat keputusan (Bagian 1)

Wahyuni Febriani
3 min readJan 17, 2021

Ketika kita membuat desain User Interface, sebenarnya kita sedang membuat keputusan-keputusan, baik yang impact-nya besar maupun kecil ke keseluruhan user experience. Apa saja contohnya?

  • Keputusan mau pakai warna teks #000000 atau #222222
  • Keputusan mau pisah konten list pakai garis atau enggak
  • Keputusan apakah form registrasi harus kita buat jadi beberapa langkah atau dijadikan 1 halaman saja
  • Keputusan mana informasi yang diutamakan sehinggan harus di-emphasize dan mana yang kurang penting jadi harus di-deemphasize atau bahkan disembunyikan

Pertanyaan, bagaimana cara membuat keputusan desain yang paling tepat untuk proyek yang sedang kita kerjakan ini? Saya akan coba simpulkan jawabannya jadi beberapa poin di bawah.

1. Mengetahui apa saja aspek pertimbangan yang kita dibutuhkan

Di konteks desain produk digital, biasanya ada beberapa aspek pertimbangan utama ketika membuat desain yaitu:

  • Kebutuhan bisnis — Ini harus dikomunikasikan dengan PM dan stakeholders berkepentingan. Contoh: Apa saja yang dibutuhkan bisnis? Tujuan dibuat desain ini untuk apa? User diharapkan bisa pakai fitur ini untuk apa? Berapa waktu yang kita punya untuk membuat desain ini?
  • Faktor teknologi — Pertimbangan ini sudah pasti harus dikomunikasikan dengan tim engineering. Contoh: Sejauh mana desain bisa diimplementasikan secara teknis? Interaksi A memungkinkan dibuat gak ya di waktu yang kita punya?
  • Faktor user Baik riset primary (ambil data dari user langsung) ataupun secondary (dari data yang sudah ada), proses memahami user perlu dilakukan. Contoh: Kira-kira kalau pilih desain C, apa target user akan mengerti? Kalau misalnya fitur ini dipakai user dengan kondisi X, kira-kira masih relevan nggak ya?
  • Praktek desain — Ini bagian yang kita banget sebagai designer. Di aspek ini saja pertimbangannya udah cukup banyak: brand guideline perusahaan, design system, material/ios guideline, best practice, dan… intuisi si designer sendiri.

2. Membuat alternatif ide

Ketika sudah mengetahui requirements desain, kita bisa eksplorasi beberapa alternatif ide yang sesuai. Ini saatnya jadi sekreatif mungkin.

3. Menentukan prioritas & pilih ide yang paling sesuai

Dari semua alternatif ide yang kepikiran, baru deh kita prioritaskan berdasarkan peritimbangan-pertimbangan di poin 1. Eliminasi satu persatu pilihan yang alasannya tidak terlalu kuat sampai tersisa 1 yang dianggap paling sesuai.

Tidak ada proses yang rigid

Proses mempertimbangkan & memilih keputusan desain ini nggak ada yang yang baku. Bisa saja kita sketch dulu alternatif desain yang ada apa saja, lalu yang kita pilih baru kita buat desain UI nya. Mau langsung bikin di design tools juga bisa. Mau pakai design workshop yang niat juga nggak salah. Yang penting disesuaikan saja dengan konteks proyek kita (timeline, effort, dll). Salah satu contoh proses mencari ide bisa dibaca di artikel ini.

Makin berpengalaman seorang designer, proses pengambilan ini akan jauh lebih cepat karena sudah terlatih berpikir runut & ibaratnya sudah ada database di otak berdasarkan pengalaman sebelumnya.

Kenapa proses pembuatan keputusan ini penting?

  1. Ketika kita mengkomunikasikan desain yang kita buat ke orang lain, baik tim maupun stakeholders/client, kita bisa mengartikulasikan dengan baik alasan di balik keputusan mendesain seperti itu (dan alasan nggak pakai alternatif yang lain). Juga bermanfaat untuk jadi bahan diskusi ketika membuat keputusan desain final bersama-sama.
  2. Ketika nanti ada saatnya kita harus merevisi, menambah, dan memperbaharui desain yang kita buat, kita sudah tahu apa saja yang harus kita pertimbangkan atau hindari.
  3. Dengan terbiasa membuat keputusan dengan proses yang runut, di konteks selain pekerjaan kita jadi lebih mindful dalam membuat keputusan hidup lainnya.

NB: Di tulisan bagian 2 nanti kita bahas contoh penerapannya, ya!

--

--

Wahyuni Febriani

UX Consultant independen. Menulis tentang User Experience dalam Bahasa Indonesia.